Laman

Senin, 07 Juni 2010

Insiden Mavi Marmara dan Perkembangan Sikap Mesir dan Turki

Penembakan kapal Mavi Marmara yang sedang menuju pantai Gaza Palestina oleh tentara Israel akhir Mei lalu, kembali memunculkan reaksi luas dunia. Kapal ini mengangkut sekitar 750 aktifis dari lebih 50 negara dan bantuan kemanusiaan di bawah koordinasi Insani Yardim Vakfi atau IHH Turki. Belasan penumpang kapal diperkirakan tewas dan puluhan mengalami luka-luka akibat penembakan ini.

Pihak Israel menyatakan, penembakan dilakukan karena kapal tidak mematuhi aturan untuk mendaratkan bantuan di wilayah Israel dan baru kemudian dikirim lewat darat ke Gaza. Sebaliknya, pengorganisasi misi kemanusiaan berpendapat bahwa keberadaannya adalah di wilayah laut internasional dan bisa langsung menuju Gaza Palestina untuk menurunkan bantuannya.

Liga Arab mengecam aksi kekerasan Israel tersebut dan menyebutnya sebagai kejahatan. Organisasi negara-negara di kawasan Timur Tengah ini menyatakan siap menindaklanjuti dengan sikap berikutnya. Uni Eropa juga bereaksi dengan menyesalkan jatuhnya korban. Inggris dan Perancis bahkan secara tegas menyerukan dibentuknya tim investigasi dan penyelidikan internasional atas jatuhnya korban.

Yang menarik adalah reaksi dari Mesir dan Turki yang sebelumnya memiliki hubungan khusus dengan Israel. Kedua negara ini merupakan negara yang cukup berpengaruh di kawasan Timur Tengah.

Mesir yang pasca serangan Israel ke Gaza pada akhir 2008 ikut memblokade wilayah Palestina yang dikuasai pejuang Hamas ini, akhirnya membuka kembali akses perbatasannya. Turki bersikap lebih keras lagi. Negara yang wilayahnya masuk Asia dan Eropa ini, menyatakan akan terus mengejar pertanggungjawaban Israel dan mengancam akan meninjau ulang hubungan bilateralnya dengan Israel.

Menurut anda, apakah perkembangan sikap Mesir dan Turki terhadap Israel ini, akan berpengaruh dan dapat mengubah peta politik di Timur Tengah terkait penyeleseian konflik Israel-Palestina, setidaknya untuk menekan Israel?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar