Laman

Sabtu, 12 Juni 2010

Brain

Dalam tiga tahun terakhir, jumlah dosen Indonesia yang bekerja di Malaysia terus meningkat. Menurut data ILRAM, saat ini terdapat ratusan dosen Indonesia yang mengajar di berbagai univeritas di negeri jiran tersebut. Perkembangan industri pendidikan di Malaysia, fasilitas dan lebih baiknya perolehan kesejahteraan, sudah pasti menjadi fakta obyektif yang mendorong para profesional keilmuan tersebut keluar dari Indonesia.
Malaysia memang terus memantapkan diri, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya melalui pendidikan yang profesional. Itulah sebabnya, Pemerintah Malaysia juga sangat terbuka menerima kedatangan para dosen Indonesia untuk mengajar di lingkungan pendidikan negaranya. Terbukti, beberapa penghargaan diberikan di antara para dosen terbaik asal Indonesia tersebut.

Fenomena eksodusnya para ilmuan Indonesia ke luar negeri sebenarnya tidak hanya terjadi di Malaysia. Singapura, juga menjadi surga bagi ilmuwan Indonesia yang berpotensi. Sejumlah universitas publik di negara ini secara agresif mengiming-imingi siswa brilian Indonesia dengan memberikan berbagai kemudahan: subsidi pemerintah, ikatan kerja, beasiswa hingga pinjaman biaya kuliah.

Bahkan sejak pelajar belia SDM Indonesia sudah dibidik Singapura. Misalnya, pemerintah Singapura mengincar anggota Tim Olympiade Fisika Indonesia dan Tim Olympiade Kimia Indoneisa dengan menawarkan beasiswa. Alhasil alumni TOFI dan TOKI masuk diberbagai universitas terkemuka di Singapura. Kabarnya, negara kota tersebut berambisi merekrut 150.000 mahasiswa asing hingga tahun 2015. Dan Indonesia menyumbangkan 300-400 siswa cerdas setiap tahunnya.

Secara politis, akademisi atau intelektual Indonesia yang mengambil posisi berseberangan dengan penguasa, juga menjadi incaran negara-negara lain. Australia menjadi salah satu negara yang terbuka menerima kelompok intelektual ini di universitas-universitas terkemukannya.
Skenario brain dain (istilah untuk eksodusnya ilmuwan suatu negara ke negara lain) juga bisa terjadi berhimpitan dengan persoalan politik yang berpotensi memunculkan kekacauan politik di Indonesia.

Kasus Sri Mulyani, menurut sumber INTELIJEN merupakan strategi negara kapitalis untuk Indonesia. Bank Dunia dan negara besar khawatir kekacauan politik akan meledak di Indonesia mengiringi terbongkarnya beberapa skandal. Untuk itu ditawarkan “jalan keluar” dengan meminta Sri Mulyani keluar dari Indonesia.
“Orang yang tidak tahu skenario intelijen merasa bangga Sri Mulyani ditarik ke Bank Dunia. Tetapi dari sisi intelijen, hal itu merupakan petaka. Asing hanya melihat kepentingan pasar dan investasi di Indonesia, sementara risiko politik ditanggung pihak Indonesia”, kata sumber itu.

Terlepas dari persoalan Sri Mulyani, Andi Widjayanto, memiliki pernyataan menarik. Pengamat intelijen dari UI ini melihat adanya pelemahan secara sistematis terhadap Indonesia melalui skenario brain dain. Eksodus ilmuwan Indonesia, sekedar obral otak anak negeri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar