Laman

Selasa, 28 September 2010

Diplomasi RI-Malaysia, Terjepit Aliansi Inggris Raya!

Malam, 1 September 2010, Presiden SBY menyampaikan pidato di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta. Pidato ini untuk menjawab perkembangan hubungan Indonesia-Malaysia yang kembali memanas, setelah insiden di seputar perairan Pulau Bintan, Selat Malaka, 13 Agustus lalu.

Situasi menjelang pidato terkesan cukup dramatis. Terlebih tatkala SBY tampil di Mabes TNI dengan baju batik warna merah, simbol keberanian dan bahkan mungkin kemarahan.

Banyak kalangan berharap, sikap Pemerintah Indonesia bisa lebih tegas menghadapi berbagai provokasi Malaysia. Hanya saja, materi dan artikulasi pidato SBY terkesan datar dan lembek.

Semakin ironis, sehari setelah pidato itu, Deputi Menlu Malaysia, Richard Riot justru mengancam akan membawa masalah perbatasan Indonesia-Malaysia ke International Court of Justice.

Apa yang sebenarnya terjadi sehingga Malaysia terkesan sangat percaya diri, dan sebaliknya Pemerintah Indonesia tampak lembek dalam menghadapi setiap provokasi negara jiran tersebut?

Mantan KASAD, Tyasno Sudarto, tidak menampik ada pihak ketiga yang menekan Indonesia dengan menggunakan Malaysia. Indonesia telah dijepit aliansi Inggris raya, yakni, Malaysia, Singapura, dan Australia. Papua Nugini juga menjadi antek aliansi ini, termasuk Timor Leste.

Secara umum, kepentingan pihak ketiga adalah untuk mengincar wilayah Indonesia. Tyasno menambahkan, Indonesia memiliki geopolitik dan geostrategi yang sangat penting bagi dunia. Selain kekayaan alam, pulau-pulau di negara ini sangat strategis dijadikan pangkalan militer.

Salah satu isu menonjol yang kemudian dikedepankan, adalah persoalan batas wilayah. Berdasarkan hukum internasional, Indonesia adalah negara kepulauan, dimana batas negara ditentukan dengan membuat garis pangkal di pulau-pulau terluar.

Di sisi lain, negara tetangga seperti Malaysia, Australia dan Papua Nugini adalah bukan negara kepulauan. Mereka tidak bisa menggunakan konsep batas wilayah (berdasarkan maritim) untuk menentukan batas negara. Tapi mengapa justru mereka selalu mempersoalkan batas wilayah maritim tersebut? Setidaknya, ada beberapa batas wilayah yang masih disoal: klaim di atas wilayah Pulau Bintan dan Pulau Johor, Pulau Natuna Selatan, dan Selat Sulawesi.

Sementara itu, terkait selat Malaka, isu aktual yang berkembang adalah teroris maritim. Isu ini mengemuka di perairan Selat Malaka, setelah penangkapan “teroris Aceh”, Maret 2010. Anehnya sinyalemen itu dilontarkan AL Singapura, bahwa kelompok teroris sedang merencanakan serangan terhadap kapal-kapal tangki dan kapal-kapal besar lain di Selat Malaka.

Hal itu sinkron dengan indikasi Internasional Maritime Bureau (IMB) yang telah mendorong Singapura dan Malaysia memblow-up aksi perompakan kelompok teroris asal Aceh di Selat Malaka. IMB yang bermarkas di London, tidak lain kaki tangan Inggris. Tidak menutup kemungkinan isu ini sengaja diarahkan untuk memojokkan Indonesia. Diplomasi RI-Malaysia, Terjepit Aliansi Inggris Raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar